Zaman
Megalitikum adalah zaman batu besar. Mega berarti besar
dan lithos berarti batu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan
animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek
moyang (leluhur) yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai,
gunung, senjata tajam. Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa
segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib. Manusia yang hidup pada
zaman ini diperkirakan adalah suku dayak ras Proto Melau dan bangsa Deutero
Melayu. Zaman ini terkenal dengan peninggalan bangunan besar yang terbuat dari
batu. Bangunan ini ada yang berfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang
atau sebagainya. Berikut adalah peninggalan-peninggalan kebudayaan zaman
Megalitikum :
Sejenis kubur
batu tetapi memiliki tutup di atasnya, biasanya antara wadah dan tutup
berukuran sama. Pada dinding muka sarkofagus biasanya diberi ukiran manusia
atau binatang yang dianggap memiliki kekuatan magis.
Sarkofagus
sering disimpan di atas tanah oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir,
dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat berdiri sendiri,
sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang
lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah.
2. Punden berundak
Punden berundak
merupakan bangunan yang di susun secara bertingkat-tingkat yang di maksudkan
untuk melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang, bangunan ini kemudian
menjadi konsep dasar bangunan candi pada masa hindu-buddha. Persebarannya
tercatat di kawasan Nusantara sampai Polinesia, meskipun di kawasan Polinesia
tidak selalu berupa undakan, dalam struktur yang dikenal sebagai marae oleh
orang Maori. Masuknya agama-agama dari luar sempat melunturkan praktik
pembuatan punden berundak pada beberapa tempat di Nusantara, tetapi terdapat
petunjuk adanya adopsi unsur asli ini pada bangunan-bangunan dari periode
sejarah berikutnya, seperti terlihat pada Candi Borobudur, Candi Ceto, dan
Kompleks Pemakaman Raja-raja Mataram di Imogiri.
3. Menhir
Batu tegak ini
berupa media penghormatan dan sekaligus lambang bagi orang-orang yang sudah
meninggal. Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan
batuan dari periode Neolitikum yang umum ditemukan di Perancis, Inggris,
Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu
besar) dikarenakan ukurannya. Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini
digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana
penyembahan arwah nenek moyang.
4. Waruga
Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat
dari batu dan terdiri dari dua bagian dan tidak memiliki tutup. Bagian atas
berbentuk segitiga seperti bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang
bagian tengahnya ada ruang.
5. Dolmen
Dolmen
merupakan bangunan megalitik yang memiliki banyak bentuk dan fungsi, sebagai
pelinggih roh atau tempat sesaji pada saat upacara. Dolmen biasanya di letakan
di tempat-tempat yang dianggap keramat, atau di tempat pelaksanaan upacara yang
ada hubungannya dengan pemujaan kepada roh leluhur.
Dolmen
adalah sebuah meja yang terbuat dari batu yang berfungsi sebagai tempat
meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Sedangkan di bawah dolmen dipakai untuk
meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas
maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Hal ini
menunjukan kalau masyarakat pada masa itu meyakini akan adanya sebuah hubungan
antara yang sudah meninggal dengan yang masih hidup, mereka percaya bahwa
apabila terjadi hubungan yang baik akan menghasilkan keharmonisan dan
keselarasan bagi kedua belah pihak.
6. Kubur batu
Bentuknya mirip
seperti kuburan yang biasa kita lihat sekarang, umumnya tersusun dari batu yang
terdiri dari dua sisi panjang dan dua sisi lebar. Sebagian besar kubur batu
yang di temukan terletak membujur dari arah timur ke barat. Fungsi dari kubur
batu sendiri sebagai tempat penguburan (stonecists) bagi orang-orang yang
dihormati di lingkungan masyarakat yang hidup pada masa megalit. Kubur batu ini
sudah dilakukan pengamanan dengan cara diberi pagar keliling yang terbuat dari
kayu dengan ukuran panjang 5,50 meter dan lebar 5 meter. Sedang bagian atas di
beri cungkup seng dengan tiang penyangga dari kayu dan pondasi semen.
7. Arca batu
Arca batu
banyak di temukan di beberapa tempat di wilayah indonesia, diantaranya pasemah,
Sumatra Selatan dan Sulawesi Tenggara. Bentuknya dapat menyerupai binatang atau
manusia dengan ciri Negrito. Di Pasemah ditemukan arca yang dinamakan Batu
Gajah, yaitu sebongkah batu besar berbentuk bulat diatasnya terdapat pahatan
wajah manusia yang mungkin merupakan perwujudan dari nenek moyang yang menjadi
objek pemujaan.
No comments:
Post a Comment