Peristiwa ini merupakan suatu
peristiwa yang masih dijadikan perbincangan. Mengapa? Karena masih ada
fakta-fakta yang belum terungkap.
Gerakan yang terjadi pada tanggal
30 September 1965 sampai 1 Oktober 1965 ini dulunya dinakaman G 30 S PKI.
Gerakan ini juga biasa disingkat GESTAPU atau Gerakan Tiga Puluh September.
Dalam peristiwa ini banyak terjadi pertumpahan darah karena banyaknya jenderal
tinggi militer yang mati terbunuh. Opini yang berkembang sampai saat ini ialah
pembunuhan ini merupakan kudeta Partai Komunis Indonesia.
Awal mula peristiwa ini ialah
dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tahun 1959 yang salah satu isinya ialah
pembubaran parlemen. Sejak saat itu Soekarno menjalankan pemerintahan dengan
sistem Demokrasi Terpimpin. Soekarno juga mempunyai pandangan NASAKOM
(Nasionalis, Agama dan Komunis). Tentu saja hal ini disambut baik oleh PKI yang
pada saat itu diketuai oleh Aidit.
Pada awal tahun 1963, Aidit memberikan usul
kepada Soekarno untuk mempersenjatai para buruh dan petani. Usulan Aidit ini
didukung oleh RRC yang akan memberikan 100.000 senjata jenis chung. Selanjutnya
para petani dan buruh ini disebut dengan nama Angkatan Kelima. Hampir saja
Soekarno menyetujui usulan itu, untungnya ada Ahmad Yani yang memberi tahu
kepada Soekarno bahwa Angkatan Kelima ini tidak perlu. Indonesia sudah cukup
dengan adanya polisi, AD, AL, dan AU.
Setelah itu PKI gencar
memprovokasi bentrokan-bentrokan antara massanya dengan polisi dan angkatan
darat.
Pada tahun 1964 mulai tersebar isu
sakit parahnya Soekarno. Dan terjadilah perebutan kekuasaan jika Soekarno
tiada. Namun, PKI menolak bahwa merekalah yang telah melakukan itu karena Aidit
tahu bahwa Soekarno hanyalah sakit ringan saja.
Peristiwa ini juga dikatakan tidak
lepas dari pengaruh Amerika Serikat dalam CIA. Pada saat PKI sedang dekat
dengan Soekarno, pihak Amerika mengetahui hal tersebut sehingga Amerika tidak
ingin Indonesia jatuh di tangan komunis. Maka dari itu, Amerika berpikir keras
bagaimana caranya agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis. Salah satu
caranya ialah CIA memberikan bantuan kepada tentara Indonesia.
Pada bulan September 1965 muncul
isu adanya Dewan Jenderal yang meninformasikan adanya beberapa petinggi
Angkatan Darat yang tidak puas terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya.
Soekarno dikatakan memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap mereka dan
diadili oleh Soekarno sendiri. Akan tetapi, yang terjadi ialah mereka dibunuh
tanpa tahu siapa yang memerintahkannya. Salah satu yang terbunuh adalah
Jenderal Ahmad Yani.
Disebutkan bahwa Soeharto ikut
terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September ini. Ada yang menyebutkan bahwa
Soeharto melarang Ahmad Yani ketika ingin bertemu dengan Soekarno.
Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI mampu menguasai dua sarana
komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi
yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman
tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota
“Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah.
pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi
Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Ia
memerintah Suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai"
untuk mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan
wibawanya. Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh Suharto untuk
melarang PKI. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Sukarno dipertahankan
sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai Maret 1967.
Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa agar
menuruti kewenangan rejim Sukarno-Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri,
ditangkap dan dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November, tetapi pekerjaannya
diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto.