Thursday, 24 September 2015

GERAKAN 30 SEPTEMBER

Peristiwa ini merupakan suatu peristiwa yang masih dijadikan perbincangan. Mengapa? Karena masih ada fakta-fakta yang belum terungkap.
Gerakan yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 sampai 1 Oktober 1965 ini dulunya dinakaman G 30 S PKI. Gerakan ini juga biasa disingkat GESTAPU atau Gerakan Tiga Puluh September. Dalam peristiwa ini banyak terjadi pertumpahan darah karena banyaknya jenderal tinggi militer yang mati terbunuh. Opini yang berkembang sampai saat ini ialah pembunuhan ini merupakan kudeta Partai Komunis Indonesia.
Awal mula peristiwa ini ialah dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tahun 1959 yang salah satu isinya ialah pembubaran parlemen. Sejak saat itu Soekarno menjalankan pemerintahan dengan sistem Demokrasi Terpimpin. Soekarno juga mempunyai pandangan NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis). Tentu saja hal ini disambut baik oleh PKI yang pada saat itu diketuai oleh Aidit.
 Pada awal tahun 1963, Aidit memberikan usul kepada Soekarno untuk mempersenjatai para buruh dan petani. Usulan Aidit ini didukung oleh RRC yang akan memberikan 100.000 senjata jenis chung. Selanjutnya para petani dan buruh ini disebut dengan nama Angkatan Kelima. Hampir saja Soekarno menyetujui usulan itu, untungnya ada Ahmad Yani yang memberi tahu kepada Soekarno bahwa Angkatan Kelima ini tidak perlu. Indonesia sudah cukup dengan adanya polisi, AD, AL, dan AU.
Setelah itu PKI gencar memprovokasi bentrokan-bentrokan antara massanya dengan polisi dan angkatan darat.
Pada tahun 1964 mulai tersebar isu sakit parahnya Soekarno. Dan terjadilah perebutan kekuasaan jika Soekarno tiada. Namun, PKI menolak bahwa merekalah yang telah melakukan itu karena Aidit tahu bahwa Soekarno hanyalah sakit ringan saja.
Peristiwa ini juga dikatakan tidak lepas dari pengaruh Amerika Serikat dalam CIA. Pada saat PKI sedang dekat dengan Soekarno, pihak Amerika mengetahui hal tersebut sehingga Amerika tidak ingin Indonesia jatuh di tangan komunis. Maka dari itu, Amerika berpikir keras bagaimana caranya agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis. Salah satu caranya ialah CIA memberikan bantuan kepada tentara Indonesia.
Pada bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan Jenderal yang meninformasikan adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Soekarno dikatakan memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap mereka dan diadili oleh Soekarno sendiri. Akan tetapi, yang terjadi ialah mereka dibunuh tanpa tahu siapa yang memerintahkannya. Salah satu yang terbunuh adalah Jenderal Ahmad Yani.
Disebutkan bahwa Soeharto ikut terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September ini. Ada yang menyebutkan bahwa Soeharto melarang Ahmad Yani ketika ingin bertemu dengan Soekarno.
Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI mampu menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah.
pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Ia memerintah Suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai" untuk mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh Suharto untuk melarang PKI. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai Maret 1967.
Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa agar menuruti kewenangan rejim Sukarno-Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri, ditangkap dan dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November, tetapi pekerjaannya diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto.